astakajambi.com,- Pengamat pasar uang sekaligus Presiden Direktur PT Doo Financial Futures, Ariston Tjendra, menilai pelemahan nilai tukar rupiah disebabkan oleh respons negatif berbagai negara terhadap kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat.
"Sentimen negatif dari pengumuman kebijakan tarif Presiden AS Donald Trump, yang direspons kurang baik oleh negara-negara yang dikenai tarif, menjadi pemicu utama pelemahan rupiah," ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Senin.
Menurut Ariston, pasar mengkhawatirkan dampak dari perang dagang yang dipicu kebijakan tarif tersebut terhadap kondisi ekonomi global. Ketidakpastian ini mendorong pelaku pasar keluar dari aset berisiko dan beralih ke instrumen yang dianggap lebih aman.
Selain itu, pelemahan rupiah turut dipengaruhi oleh data tenaga kerja nonfarm payrolls AS yang dirilis lebih kuat dari perkiraan, memperkuat dolar AS.
Ketegangan geopolitik juga memberikan tekanan tambahan. Sentimen negatif terhadap aset berisiko meningkat akibat konflik yang masih berlangsung di beberapa kawasan.
"Perang di Timur Tengah, di mana Israel meningkatkan serangan ke Jalur Gaza dan AS melancarkan serangan ke Yaman, serta konflik Rusia-Ukraina yang terus memanas, turut menambah kekhawatiran pasar," jelasnya.
Pada pembukaan perdagangan Senin pagi, rupiah melemah 251 poin atau 1,51 persen menjadi Rp16.904 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp16.653. Operasi moneter rupiah dan valas masih libur pada hari ini.
"Kita masih menanti respons pasar terhadap hasil negosiasi. Jika Trump menunjukkan sikap melunak, bisa saja sentimen membaik dan mendukung penguatan kembali aset berisiko," tutup Ariston.
sumber : antarajambi